SOLO~FRIENDZONE

                                                              Foto : Google

        Berawal dari matakuliah yang membosankan percakapan ini terjadi.
“Hahaha. .. serius?? jadi kamu beneran nggak ngerti daerah-daerah solo?” Tanya wanita yang suka banget sama yang namanya Travelling. Diita.

“Iya gitu deh, jarang keluar-keluar juga sih.”  

“Sumpah, aneh banget. Pertama, kamu ini anak solo, lahir juga disolo masak nggak ngerti daerah-daerah solo. Terus hal yang aneh kedua, kamu itu laki-laki, biasanya ya, kalau laki-laki itu suka kluyuran kemana-mana. Wahh.. . perlu dipertanyakan ini.” Intograsi Diita.

“Nahh itu diit, akukan ‘Beda’ sama yang lain.”

“Whuatt?? Beda? Cuper iya !!”

“Ssstt. ..diem, dosen lagi nerangin.” Ucap Tiara disebelah

“Habis ni anak aneh banget, aku aja yang dari Surabaya ngerti daerah solo. Rumahan banget !!” Diita kesel

“Dia itu kayak orang yang ada digua yang nggak ada jalan keluarnya, cuman disitu-situ aja.” Tiara mulai ikutan nimbrung

“Iya, tapi kalian bakalan nyaman digua itu, kalau ada aku.”

“Hahaha. .oke, terserahlah” Diita menganggukkan kepala dengan tatapan wajah ‘Ini anak aneh bangett’.

Laki-laki yang barusan jadi kambing hitam itu adalah aku, Raafi/Raphii/Dolken/siGanteng. Anak rumahan yang jarang keluar rumah kecuali kalau dia mau pergi kekampus,  kemasjid, atau  mentok-mentok kewarung sebelah.

Masih ditempat yang sama percakapan itu berlanjut.

“Rafii. ..kamu kudu lebih menegenal  kota Solo, pokoknya harus, solo itu keren banget !!” Kata Diita membabi buta.

“ohh gitu ya?” jawabku datar

“Tir, kayaknya bocah satu ini perlu diospekin.” Bisik Diita kehidung Tiara

“Woii. ..kamu ngapain sih Diit? Ini hidung !!” Berontak Tiara

“Ohh sorry. .sorry, jadi gini, kayaknya bocah satu ini perlu kita ospekin.” Bisik Diita pelan

Tiara mulai mikir, Loadingnya Tiara agak kelamaan.

“Maksudnya diospekin? Kitakan udah semester 3.” Koneksi gagal.
“Haduhh raa. ..maksudnya diospekin itu, kita ajak dia buat mengenal solo, kita ajak dia muter-muter solo. Gimana?” Ide Diita mengarah ke MODUS.

“Ide bagus !!” Ucap Tiara setuju.

“Emmm. ..aku juga pengen mengenalnya lebih jauh.” Bisik Diita pelan, Pipi Diita mulai memerah, Diita tersenyum tersipu malu.

“Me too.” jawab Tiara tersenyum.

Mereka berdua mulai stress. 

                                          *Foto : Google* Filosofi~Mahasiswa mempunyai mimpi

           Dari percakapan yang berujung perhatian itu, kita bertiga sah menjadi mahasiswa yang nggak memperhatiin Dosen. Selesai mata kuliah, dilorong fakultas kesehatan Diita langsung nawarin aku buat ikutan Trevelling gratisnya.

Diita lari-lari kecil teriak “Raafiii !!"
Aku menoleh cool, mata kita saling bertemu, kemudian dia bilang.
“Besok minggu kosong?” Diita nanya

“Emm. ..palingan dirumah aja sih.”

“HA?? yaudah gini, besok Minggu daripada kamu cuman bengong dirumah, ngalamun nggak jelas, mending kamu ikut aku sama Tiara.”

“Kemana Diit?”

“Udah pokoknya ikut aja, Jam 8 ya !!” Diita teriak sembari lari yang udah ditinggal temen-temennya.

                                                                                        …

           Sunday morning. Seperti yang udah direncanakan sebelumnya, kita bertiga jalan-jalan ke Car free day, waktu dimana kesempatan orang solo buat menghirup udara sejuk kota solo, sepuasnya. Aku ambil nafas dalam-dalam, berada ditengah-tengah mereka aku ngerasa jadi Pria Playboy yang sesungguhnya. 

                                           Thanksto# www.infocarfreeday.com

Selama muter-muter nggak jelas,  Diita mulai ngoceh ngejelasin semua yang ada disitu, dari mulai ngasih tau komunitas apa aja yang ada disana, sampai ngejelasin nama-nama tempat yang dia kira Aku nggak ngerti.

“Disini kamu bisa masuk komunitas yang kamu pengenin, yang menurutmu asik, nggak cuman dirumah-rumah aja. Tuh, skateboard ada, pencinta reptile juga ada, banyak deh.”

“Ohh. ..jadi ini yang namanya Car free day.” Jawabku terkagum

“Kamu ini emang enggak ngerti atau pura-pura bego sih fi?” Tanya Tiara sambil nelen bakso bakar

Hening 20 meter.

                                                                                           ...

“Kalau ini ngarsopuro pii, tempat nongkrongnya solo, kadang disini juga ada event-event musiknya, night market pas kalau lagi malam minggu. Udah ketebak pasti nggak tau, nggak pernah keluar malemkan? Haha.. .” Ledek Tiara

“Haha. ..aku keren ya ra?”

                                               *Keren ya* snowyautumn.wordpress.com

"Kalau mau kerumahku tinggal lurus aja pii. Tuhh !!" Diita ngasih tau, yang kurang logis kalau dilakuin sekarang. Jalan kaki.          

                                                          Maksudnya : Lewat atas (Naik pesawat)

            Kita jalan terus kedepan, berharap tau-tau nyampe Surabaya, ngobrak ngabrik rumah Diita, dapet makanan gratis. Sampai suatu ketika lelahku berhenti, tepat didepanku berdiri patung bawa pistol, patung 'Slamet Riyadi'. Diita mulai ngejelasin. Lagi.

                                                                        eksotik

“Welcome to Gladak .” Diita membuka penjelasan 

“Hah?? Apa?? Gladak is very happy?” Aku nanya bingung.

“Huhh. ..Sak karepmulah fiii.” Tiara menghela nafas, kecapean.

“Diem dulu, aku mau jelasin. Jadi, selain Ngarsopuro, biasa anak-anak muda solo itu nongkrongnya disitu tuh, dari sini belok kiri, depan Bank Indonesia, jadi tempat favorite juga.”

“Ohhh.. .” Aku ngangguk-nganggukin kepala

“Nah, kalau laper kamu tinggal jalan aja didepan BTC, biasanya malemnya dijadiin tempat kulinernya solo ‘Galabo’.” Tambah Tiara     

"Terus, kalau mau shooping-shooping tinggal belok kanan, kePasar klewer. Gimana? strategis bangetkan !! tapi biasanya bukanya cuman sampai sore."

“Wahh. ..keren-keren.”

"Tapi misal aku nongkrongnya siang, aku laper nggak bisa ke Galabo dong? kalau nongkrong malem nggak bisa shooping-shooping. Gimana?" KeIntelektualanku terusik.

"Kamu ini ribet banget sih, udah, yang penting kamu ngeti tempat-tempatnya dulu." Hidung Ditta kembang kempis capek ngasih tau.

            Kita bertiga duduk ditrotoar jalan, ngumpulin tenaga yang barusan tercecer, dan disela-sela musik aerobik laki-laki jantan berkata.

"Thanks ya buat kalian, seenggaknya aku jadi bisa nyimpulin, kalau terkadang dengan kita pura-pura nggak tau itu bisa memperkuat tali pertemanan."~Raafi'ud Darajat

Speechless. Dengan tatapan yang tajam, mereka berdua menumpahkan es cincau yang belum sempet dibayar. Kemukaku. Pedih

                                                           *Raafi and his Imagination*