DiJaman sekarang, anak muda yang nggak nonton Tukang Bubur Naik Haji itu adalah anak muda yang kudet nggak Gaul. Kenapa bisa? Karena aku salah satu Fans dadakannya dan aku Gaul. Sejarah kenapa aku bisa terseret didunia tukang bubur ini. Begini ceritanya. ..
Semenjak aku bengong dikamar, 5 menit aku bengong, 10 menit masih bengong sambil dengerin lagu, terus aku bosen, aku langsung turun kebawah buat ngobrak ngabrik dapur, dengan harapan ada sepucuk makanan disana. Diperjalanan menuju kebawah, aku melambatkan jalanku.
Melambatkan jalan
Melambatkan jalan
aku jalan pelan-pelan, hingga suatu saat jantungku berdebar kencang, perasaan seperti ada yang mengganjal
Keep Calm
Keep Calm
Tiba-tiba. ....
Aku Terkejut
Ternyata, dibawah aku liat Bapak, Ibu, sama Adik-Adikku juga lagi pada bengong 'Nonton Tukang Bubur Naik Haji'.
Whuatttt !!!
Nggak kayak biasa-biasanya TV dimatikan, karena Jam 7-9 wajib belajar (walaupun aku nggak).
Ternyata, dibawah aku liat Bapak, Ibu, sama Adik-Adikku juga lagi pada bengong 'Nonton Tukang Bubur Naik Haji'.
Whuatttt !!!
Nggak kayak biasa-biasanya TV dimatikan, karena Jam 7-9 wajib belajar (walaupun aku nggak).
Karena nggak ada makanan, jadi aku kedapur cuman buat ambil air minum digalon.
Sadar atau nggak, buat minum aja aku sempet ganti baju.#keren abiisss
Teguk demi teguk air aku minum, dideket meja makan yang juga dideket TV aku mikir bentar dan teringatlah masa-masalaluku yang cukup indah.
(Flash back)
Biasanya, kalau aku lagi nonton 'FTV mungkin' Ibu langsung nyaut gini.
"Haduhh. .. Film kayak gitu kok ditonton sih uddd, dibo'ongin."
Aku langsung ganti channel yang lagi iklan, waktu ibu udah masuk kekamar, channel aku ganti FTV lagi.
Dan sepertinya, ini adalah momen yang pas buat nyobain trik yang sama, niatku baik, aku berusaha untuk menyadarkan keluargaku dari dunia sinetron pesona Nikita Willy.
"Hayoo dibo'ongin dibo'ongin." celetukku.
"Ini lho adikmu siNabila." Ibuku senyum tersipu malu.
"Yahh. ..sama aja kaleee." Jelas aku membatin dalam hati.
Aku langsung cabut naik keatas
Hari berikutnya, kali ini nambah satu personil, yaitu nenekku yang mulai terpengaruh. Ternyata nenekku cukup gaul untuk hal semacam ini. Beliau nggakmau kudet, udah ngerti alur filmnya kayak gimana, beliau bela-belain begadang sampai jam 11.
Selama observasi, aku mulai ngebuat semacam Hipotesis yang aku kasih judul "Penyelamatan keluarga dari dunia sinetron", tiap hari aku selalu observasi, hingga suatu saat aku penasaran apa yang ngebuat Tukang Bubur Naik Haji itu 'beda' didepan mata keluargaku. Aku cuba buat nonton. secara diam.
Hari pertamaku nonton secara diam, aku cuman ngelihat sekilas karena masih gengsi buat ngelihat senetron ini. Hari kedua, aku coba makan malam dideket-deket area TV, sedikit melirik kearah TV. Semakin penasaran, diHari ketiga aku lebih berani ngelihat, 15 menit aku liat, aku langsung bisa nyimpulin kalau film ini genius. Kira-kira 3hari aku udah terdoktrin.
"Hahaha. ..."kita ketawa bereng waktu ngelihat aksi kocak Haji Muhidin.
Disaat adegan melankolis, suasana hening, tatapan serius pada sosok Raihan yang nggak jadi nikah sama Romlah.
"Apa-apaan sih ini, jahat." sebuah kata yang terlontar waktu sosok Kardun muncul.
"Yahh. ..sama aja kaleee." Jelas aku membatin dalam hati.
Aku langsung cabut naik keatas
Hari berikutnya, kali ini nambah satu personil, yaitu nenekku yang mulai terpengaruh. Ternyata nenekku cukup gaul untuk hal semacam ini. Beliau nggakmau kudet, udah ngerti alur filmnya kayak gimana, beliau bela-belain begadang sampai jam 11.
Night moment
Semakin hari keadaan semakin parah. Dibutuhkan seorang yang mempunyai sikap netral yang bisa buat nyelesaiin masalah ini, yaitu aku sendiri. Pertama, aku nyoba buat jadi detektif sementara, siapa yang udah berani masukin tren macam ini dikeluargaku. Dan didapatkan dari bukti bulu kemoceng dan tutup botol dapat disimpulkan bahwa, ternyata pengaruh itu masuk dari temen-temennya adikku, siNabila. Semuanya berawal dari bell pulang sekolah, waktu piket berlangsung, ada temennya yang lagi ngebersihin papan tulis pakai kemoceng sambil ngegosip Tukang Bubur Naik Haji, adikku Nabila yang nggak ngerti apa itu film Tukang Bubur Naik Hajipun memutuskan langsung pulang dan meninggalkan tutup botol air minumnya. Takut dikira nggak ngikuti tren, malamnya adikku langsung nyetel TV.Selama observasi, aku mulai ngebuat semacam Hipotesis yang aku kasih judul "Penyelamatan keluarga dari dunia sinetron", tiap hari aku selalu observasi, hingga suatu saat aku penasaran apa yang ngebuat Tukang Bubur Naik Haji itu 'beda' didepan mata keluargaku. Aku cuba buat nonton. secara diam.
Hari pertamaku nonton secara diam, aku cuman ngelihat sekilas karena masih gengsi buat ngelihat senetron ini. Hari kedua, aku coba makan malam dideket-deket area TV, sedikit melirik kearah TV. Semakin penasaran, diHari ketiga aku lebih berani ngelihat, 15 menit aku liat, aku langsung bisa nyimpulin kalau film ini genius. Kira-kira 3hari aku udah terdoktrin.
"Hahaha. ..."kita ketawa bereng waktu ngelihat aksi kocak Haji Muhidin.
Disaat adegan melankolis, suasana hening, tatapan serius pada sosok Raihan yang nggak jadi nikah sama Romlah.
"Apa-apaan sih ini, jahat." sebuah kata yang terlontar waktu sosok Kardun muncul.
Ternyata tren ini nggak cuman masuk kekeluargaku, tapi juga dari temen-temenku. ironis. Banyak temen-temenku yang update tentang Tukang Bubur, misal ini :
ini
Dan ini (uhui)
Dibalik semua itu, lingkunganku yang pro dengan sinetron Tukang Bubur Naik Haji, ternyata ada salah satu temenku yang kontra. Yahh ... .siJohn. Mentions #JohnIsComeBack Semoga jadi trending topic diTwitter.
Waktu itu kita sempet temu kangen mau ngobrak ngabrik rumahnya Rizka. Nggak mungkin selama diperjalanan menuju rumah Rizka kita bengong salting seolah baru ketemu, akhirnya kita meneceritakan hal-hal baru yang berubah dari kita. Salah satunya ini.
Dikeramain jalan, aku manggil siJohn.
"John.. ."
"Yap."
"Sering nonton Tukang Bubur Naik Haji nggak?" Aku nanya.
"Apaa??? Film kayak gitu nggak akan ada habis-habisnya kalau kita tonton, ada2 aja masalahnya, makanya nggak usah ditonton, udah kebanyakan series."
Aku mikir, bener apa yang dikatakan John, ada2 masalah yang dibuat siProduser, yahh sinetron banget. Kesimpulan pertama : Aku orang yang mudah terpengaruh.
"Iya tapi seru."
Kesimpulan kedua, bagus nggaknya film itu relatif.
Disepanjang perjalanan, aku sesekali nengok kearah spion.
Kesimpulan ketiga, aku ganteng.upss
*
Seiring berjalannya waktu, akhirnya sinetron Tukang Bubur Naik Haji memenangkan Panasonic Global Awards, iya itu juga berkat dari kita-kita yang sering nonton. Dibalik kesuksesan tersebut ada film religi yang hampir segenre sama Tukang Bubur Naik Haji yang diputer sebelum Tukang Bubur Naik Haji, B*rkah. Otomatis, orang-orang yang nungguin film TBNH pasti bakalan liat sinetron itu dulu, iya termasuk keluargaku. Tapi, kali ini sinetron ini nggak bisa aku toleransi lagi. Ceritanya Freak bangett, dalam kehidupannya cuman ada pertengkaran nggak pernah kerja, tapi kaya.
"Widia" tokoh antagonis yang selalu jadi biangkerok, lari ingin bunuh diri.
Kemudian tokoh laki-laki yang jadi rebutan "Jaka" Lari buat nyelametin Widia dari tabrakan mobil, settttttttt. ..Widia terselamatkan.
Ditrotoar, ditempat syuting lain,
Ada "Iren" tokoh protagonis yang bassicnya nangis, nangis dipinggir jalan.
Ada adegan yang lebih parah lagi, waktu merebutkan anak siapa dengan cara balapan motor, finishnya loncat dilingkaran Api. Dari judul film sama alur cerita udah nggak singkron lagi. Dan Alhamdulillah B*rkah udah Tamat. Yahh.. .seperti kesimpulan kedua yang tadi aku bilang, bagus nggaknya film itu relatif, tapi pengaruh lingkungan berdampak besar dengan pemberian sugesti yang diberikan.
Okeey. .. see you again.
Thanks to : Thoriq Aziz (Photografer yang gagal)
Taufiq Hidayat (Editor yang sok tau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar