Minggu, 18 November 2012

Jogja, Kereta Musik (Travelling on the year Part I)


        Lirikan pertamaku yang biasa kuarahkan keseorang wanita sekarang tertuju pada sebuah loket kecil yang didalamnya juga seorang wanita, Sepuluh ribu dengan kelas Ekonomi atau Duapuluh ribu dengan kelas Geografi, kebingunganku ini membuat lirikanku kualihkan kearah masinis, masinis melambaikan tangan dan kuputuskan untuk pulang, akhirnya hari itu niatku menaiki kereta pupus ditengah jalan. Hingga tiba saatnya, pada tanggal 8 september 2012, rekorku selama 17th nggak pernah naik kereta akhirnya terpecahkan. 


        Pagi itu, tepatnya saat aura lebaran masih terasa (yang diprofokasikan dengan keadaan dompet) penyakit shooping shyndromeku tiba-tiba muncul, dengan ideology  “bikin beetee juga kalau liburan cuman dirumah”, traveling jogja akhirnya aku pilih. Bersama dengan kakakku (Diqi) yang kebetulan akan mengurus pembayaran kuliah, Adikku (Thoriq) yang ingin tampil eksotis sepertiku tak mau kalah untuk menghabisi isi dompetnya dikota terpelajar itu, yang secara diam-diam aku lihat isi dompetnya yang kira-kira 90ribu rupiah, yang miris aku lihat karena selisihnya denganku hanya 60ribu. Tettttttttttt. . .Gandhi okee, apa-apaan ini? Kenapa nama Gandhi tau-tau muncul? Entahlah, tapi mungkin belum saatnya aku menceritakan sosok sahabatku yang satu ini. 

        Solo, byee. Pukul 04.30 untuk kedua kalinya kulitku harus berperang dengan air bak mandi yang coolnya mulai menandingi sosok coolku. Dandanku yang cukup lama (pakai diodoran) membuat mybrother yang sweety uring-uringan. Dandanan anak kuliahan yang aku pilih, dengan model tas “stan too me” yang aku cangking kanan dan sepatu bak sepatu dahlan yang lagi ngetren didunia politik menghiasi kakiku, yang jelas-jelas ini cerita semakin jadi karangan bebas. Keluar dari kamar layaknya seorang artis yang berjalan dikarpet merah, kami bertiga berpamitan untuk merantau selama 12jam (karena maghrib udah balik lagi). Salam cipika cipiki kepada kedua orang tua yang cukup mengharukan, rasanya berat untuk meninggalkan kota tercinta ini (cuman solo-jogja, yaampunn). 

                                                                             Ininih tas “stan too me”

           Jujur, semangatku buat trevelling mulai kendur gara-gara keberangkatan kereta masih jam 8, yang artinya kami bertiga harus clingak clinguk selama 2 jam distasiun yang katanya penuh kenangan ini (Stasiun Balapan). Membuat sosok wanita berjilbab terbesit dipikiranku lagi, aku membayangkan dia saat ini sedang sarapan bubur ayam dan ada sedikit yang menempel dipipinya, romantisnya kalau aku bisa memberinya tisu pada saat itu (ohh. .manisnya). “Plaak ! !” kakakku mulai menghentikan lamunanku, dan menyuruhku membeli cemilan.
 “Beli cemilan dulu lah ud ! !”
 “iya . .iyaa. .” 

         Kami bertiga akhirnya makan roti yang barusan aku beli diwarung, mengganjal rasa lapar sambil melihat suasana stasiun yang semakin dipenuhi orang-orang sok sibuk yang mau balik dari mudiknya, sibuk dengan hpnya yang sepertinya nggak ada kerjaan lain selain update status “Jam berapa nih diIndonesia?”. Akhirnya intruksi keberangkatan tujuan jogja dikumandangkan, kereta berwana putih biru yang terlihat elegan sudah didepan mata “yeaahh. .akhirnya naik kereta juga”.

         “ Jangan lupa bismillah”, sms dari sang ibu yang selalu memberi perhatian lebih kami bertiga (Love you mom), “okee mam”. Saatnya menikmati perjalanan 1jam yang cukup bikin mual, MP3ku memutar lagu “Good charlotte~The river”, mengingatkanku pada seorang sahabat yang jauh ada disolo sana, siJohn (posisi cemani). Salah satu lagu kesukaannya yang aku dipaksa untuk mendownloadnya, dan saat itu pula, lagu itu pun jadi trending topic musikku. Masinis mulai menarik tiket, dan sekarang Mp3ku memutar lagu “Superhap~Touch my heart”, maksutnya apa ini?

          Sudah setengah perjalanan, tepatnya sudah berada dititik 0 derajat Klaten, ternyata tidak asiikk juga lama-lama didalam kereta, semua cuman diam, terkadang harus tatap-tatapan sama orang lain yang nggak diharapkan keberadaannya, bingung juga mau buka percakapan apa, “lagi apa neng?” terlalu norak “udah maem belum bang?” kesannya pribadi “hai, gue raafi, elu sapa?” sok kenal banget, apalagi kalau langsung cabut lari, ntar dikira maling lagi, yaampunn. ..didalam kereta membuatku dilema. 

         Akhirnya aku putuskan cuek bebek dengerin musik sambil tangan kanan pegangan besi yang ada diatas (coolmen), sekarang Mp3ku memainkan lagu Guns N Roses~November rain, dan untuk kesekian kalinya senyuman wanita berjilbab itu membayangiku lagi, teringat pada waktu bulan November tahun lalu, hujan rintik dan senyum manis menghiasi malam yang gundah gulana, dimana tragedy bebek goreng terjadi, aku hanya senyum kecil didalam kereta mengingat masa sekolahku dulu, yang sekarang masih diharapan lama.

          Sebentar lagi sampai jogja, tapi hingga saat ini juga kaca belum aku temukan, mana tadi diodorannya kurang tebel lagi, udah keburu-buru keluar dari kereta, udahlahh. .sebaiknya aku harus berpenampilan apa adanya.

                                                     My Good Brother : Okee Jogja, kami datang ! !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar